Pahami Perkembangan Moral dan Seksual Untuk Lebih Baik
Setiap manusia yang lahir ke dunia ini memiliki perkembangan yang belum dapat memahami segala aspek perkembangan secara mendasar baik itu moral, seksual dan sosial. Ini berkonsentrasi pada tumbuh kembang anak hingga dewasa akhir dengan bertahap melalui teori-teori pemahaman tentang perkembangan di setiap tugas dan tahap perkembangan itu sendiri.
Bagi kamu diharapkan agar dapat memahami dan menambah wawasan tentang perkembangan manusia pada tahap-tahap perkembangan moral, psikoseksual dan psikososial.
A. Perkembangan Moral
Sebagai suatu aspek yang penting karena sangat menentukan kepribadian individu sebagai makhluk sosial, 2 teori perkembangan moral yang menjadi acuan para pendidik, yaitu teori dari Lawrence Kohlberg dan Jean Piaget.
Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg.
Teori ini membagi perkembangan moral dalam 3 peringkat yaitu : Pra-konvensional, Konvensional dan Purna Konvensional.
Peringkat pra konvensional ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan, kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku anak. Penilaian didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku itu. Dalam tahap selanjutnya, anak mulai menyesuaikan dengan harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah yaitu senyum, pujian atau permen.
Peringkat konvensional anak terpaksa mengikuti atau menyesuaikan diri dengan berbagai harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik dan manis.
Peringkat purna konvensional teori moral ini, anak mulai mengambil keputusan tentang baik buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan yang penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
Perkembangan moral Jean Piaget
Teori ini membagai moral berkembang dalam 2 tahapan yaitu :
Tahap pertama disebut realisme moral (stage of moral realism) atau moralitas berkendala (morality by constraint) berkembang sampai usia 7 tahun. Anak otomatis menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada tanpa penelaahan rasional. Orang di sekitarnya dianggap sebagai makhluk serba bisa, patut di ikuti tanpa harus bertanya-tanya.
Tahap kedua adalah moralitas otonom (stage of autonomous morality) atau moralitas hasil interaksi seimbang (morality by cooperation or reciprocity). Dimulai dari usia 8 tahun sampai dewasa, konsep benar salah yang dipelajari dari orang tuanya perlahan-lahan mulai berubah, tergantung situasi dan faktor-faktor lain. Anak sudah berusia 12 tahun, maka kemampuan untuk beradaptasi memungkinkan anak mengerti alasan yang ada di belakang aturan atau harapan orang lain. Oleh karena itu anak dapat mempertimbangkan konsekuensi perilakunya lebih rasional.
B. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson (1902) dipengaruhi oleh psikoanalisa Freud. Beliau tidak mendasarkan teori perkembangannya pada libido, melainkan pada sosial budaya di lingkungan individu. Erikson masih memakai konsep naluri Freud yang dibentangkannya pada dua titik ekstrim (positif-negatif) sebagai suatu konflik yang diungkapkan dengan kata “Venus” berarti yang bukan berarti lawan.
Terselesaikannya krisis itu, akan mempengaruhi perkembangan individu. Bagi Erikson, krisis bukan merupakan malapetaka tetapi titik tolak perkembangan psikososial. Beliau membagi perkembangan ini menjadi 8 tahap:
Basic Trust vs Basic Mistrust (0-1 tahun)
Kebutuhan akan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik dialami oleh anak dalam tahap ini. Bila rasa aman dipenuhi, anak akan mengembangkan rasa dasar kepercayaan pada lingkungan. Sebaliknya, bila anak selalu terganggu tidak pernah merasakan kasih sayang dan rasa aman anak akan mengembangkan perasaan tidak percaya pada lingkungan.
Autonomy vs Shame and Doubt (2-3 tahun)
Anak dapat melakukan aktivitas secara meluas dan bervariasi oleh karena itu konflik yang dihadapi anak dalam tahap ini adalah perasaan mandiri vs perasaan malu dan ragu-ragu. Pengakuan, pujian, perhatian, serta dorongan akan menimbulkan perasaan percaya diri, memperkuat egonya. Kedua orang tua merupakan objek sosial terdekat bagi anak.
Initiative vs Guilt (3-6 tahun)
Berani mengambil inisiatif yaitu perasaan bebas untuk melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri. Merasa bersalah yaitu ia tidak berani melakukan sesuatu atas kehendak diri.
Industry vs Inferiority (6-11 tahun)
Anak sudah mulai melakukan pemikiran logis dan anak sudah mulai bersekolah. Konflik pada tahap ini adalah perasaan sebagai seseorang yang percaya diri vs rendah diri.
Identity vs Role Confusion (mulai 12 tahun)
Anak diharapkan berkelompok dan dorongan yang makin kuat untuk lebih mengenal dirinya.Dia mulai memutuskan masa depannya. Konflik yang dihadapi adalah perasaan menemukan dirinya sendiri vs kekaburan peran.
Intimacy vs Isolation
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Konflik yang dihadapi adalah kesiapan untuk berhubungan secara akrab dengan orang lain vs perasaan takut. Orang yang berhasil membagi kasih sayang ia akan mendapatkan perasaan kemesraan dan keintiman yang tidak dapat membagi kasih sayang akan merasa terasing atau terkucil.
Generativity vs Self-absorption
Krisis pada masa ini adalah adanya tuntutan untuk membantu orang lain diluar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Bila dalam tahap masa lalu dapat menyebabkan individu berbuat banyak bagi kemanusiaan khususnya bagi generasi yang akan datang. Tetapi pada tahap yang silam ia memperoleh pengalaman negatif, ia mungkin terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
Ego Integrity vs Despair
Individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi dan tindakannya dimasa lalu akan menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam.
C. Perkembangan Psikoseksual
Menurut Sigmund Freud (1856-1939), konsep perkembangan individu didorong oleh energi psikis yang disebut libido. Libido merupakan energi psikis yang bersifat seksual dan sudah ada sejak bayi, ditandai dengan berfungsinya dorongan-dorongan tersebut pada daerah tubuh tertentu. Freud membagi perkembangan manusia menjadi 6 fase :
Fase Oral (0-1 tahun)
Biasanya ini terjadi pada daerah mulut yaitu seringnya anak mencicipi atau merasakan seusatu pada area mulut dan obyek sosialnya terdekat adalah ibu kandungnya.
Fase Anal (1-3 tahun)
Ini terjadi pada daerah anus, fase ini saat yang tepat untuk mengajar disiplin pada anak dan latihan ke toilet.
Fase Falik (3-5 tahun)
Fase ini berfokus pada daerah kelamin, oedipusnya kompleks, kecemasan kastrasi, ego ideal. Contohnya anak sering memainkan alat kelaminnya dan takut akan alat kelaminnya di potong (bagi laki - laki).
Fase Laten (5-12 tahun)
Pada fase ini ketertarikan seksual mungkin disublimasi permainan yang giat dan memperoleh keterampilannya.
Fase Genital (12 tahun keatas)
Pada tahap ini mengembangan minat seksual yang kuat pada lawan jenis, tujuan pada tahap ini untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
Kesimpulannya :
Pada setiap perkembangan moral, psikoseksual dan psikososial di setiap fase maupun tahapan perkembangan ini sangat berkaitan dan berhubungan dalam setiap menjalani aspek-aspek kehidupan tumbuh dan perkembangan anak hingga dewasa akhir. Sehingga selaras dalam menjalani setiap aspek-aspek fase perkembangan moral, psikoseksual dan psikososial.
Para ahli yang mengemukakan hasil penelitian maupun pendapat mereka tentang perkembangan moral, psikoseksual dan psikososial yang mempunya ciri khas masing-masing di setiap perumusannya dapat dikatakan bahwa :
- Moral
Kohlberg menyatakan “bahwa anak perlu menambah wawasan,penyesuaian dan pengambilan keputusan pada lingkungan dan kehidupannya,piaget berpendapat anak perlu penyesuaian dan memutuskan pilihan”.
- Psikososial
Bagi Erikson menuturkan ”krisis bukan merupakan malapetaka,tetapi titik tolak perkembangan psikososial”.
- Psikoseksual
Sigmund Freud menganalisa “bahwa tahap ini adanya energi psikis yang mendorong anak melakukan aktivitas tertentu”.
Sumber : Irwanto, dkk. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: Prenhallindo
0 comments:
Posting Komentar